Senin, 08 Oktober 2012

ARTIKEL

Transportasi di Madura
Pasca Dibangunnya Jembatan Suramadu 
Dilihat dari Aspek Ekonomi 
dan 
Polemiknya di Masyarakat

Disusun Oleh :
Ø Arma Argianata             ( 02 )
Ø Dahlia Kurniawati U       ( 05 )
Ø Nazilah                          ( 22 )
Ø Tri Oktavia          K        ( 32 )
Ø Wasilatul Khoiroh           ( 36 )

SMA Negeri 1 Pamekasan
2010 / 2011

PEMBAHASAN


A. Adanya Jembatan Suramadu

Setelah rampungnya jembatan suramadu di Madura yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura, maka diharapkan berbagai permasalahan ekonomis warga khususnya petani tembakau dapat teratasi. Jembatan Suramadu yang dibangun Sejak tahun 1990 dan selesai tahun 2009 menjadi tonggak sejarah baru khususnya bagi petani tembakau Madura karena beberapa hal yaitu:
Jembatan Suramadu merupakan bagian dari Pembangunan kawasan industri dan perumahan serta sektor lainnya dalam wilayah-wilayah di kedua sisi ujung jembatan.
Jembatan Suramadu merupakan penghubung jalar distribusi perekonomian yang potensial bagi warga Madura.
Jembatan Suramadu menghubungkan Gerbang kertosusilo yang merupakan pusat industri, pemerintahan, perdagangan, maritim dan pendidikan.
Jembatan Suramadu akan meningkatkan perkembangan wilayah khususnya perkembangan pembangunan di pulau Madura.

1) Lokasi Pembangunan Jembatan Suramadu
Jarak terdekat tidak selalu menjadi titik terbaik. Dengan pertimbangan lalu-lintas, kondisi geologi, biaya, dan lingkungan sekitar, dipilih titik Kenjeran-Labang Pertumbuhan ekonomi menjadi kunci penting dalam perkembangan sebuah wilayah. Propinsi Jawa Timur dengan jumlah penduduk mencapai 33 juta jiwa, menjadi salah satu propinsi dengan kerapatan penduduk yang padat. Sebagai pintu gerbang Indonesia Timur, Jawa Timur juga memegang kunci penting laju industri dan perdagangan, maka tak dapat ditolak jika jalur transportasi menjadi bagian penting laju roda industri. Sementara di sisi lain, Pulau Madura yang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur, mengalami kondisi yang kurang menguntungkan. Laju pertumbuhan ekonomi lambat dan income perkapita tertinggal. Pergerakan jalur transportasi yang terhambat membuat pembangunan jembatan Suramadu dinilai penting sebagai pembuka awal. Dengan Jembatan Suramadu , yang akan menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura melalui jalan darat, diharapkan ketimpangan sosial dapat segera direduksi. Arus transportasi yang cepat dan efektif akan membuat perkembangan Madura segera melejit, bersaing dengan daerah-daerah lain. Tata wilayah dan tata guna lahan juga akan terbentuk secara proporsional.

2) Terpilihnya Titik-titik Alternatif ke-3
Kita mungkin sering mendengar, mengapa Jembatan Suramadu dibangun di daerah Kenjeran Surabaya? Bukan di Perak, Sukolilo, atau Gresik? Dari hasil studi dan kajian yang dilakukan oleh BPPT pada saat studi awal, terdapat 4 pilihan lokasi Jembatan Suramadu, yaitu Dan akhirnya yang terpilih adalah alternatif 3, Kenjeran – Labang. Pertimbangannya antara lain: Lintasan kapal relatif kecil, lebih kecil dari 2000 GRT (Gross Registered Tonnase). Tidak mengganggu kebutuhan manuver kapal serta jauh dari lintasan feri. Kedalaman laut rata-rata 17 meter dan kondisi geologi memungkinkan biaya konstruksi yang lebih rendah.
Kedua ujung jembatan merupakan daerah yang relatif datar dan terbuka, tidak banyak perumahan, dan dapat terhubung langsung dengan rencana jaringan jalan tol. Hasil studi amdal menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan masih dapat dikendalikan dengan mengikuti rekomendasi RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) dan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan). Di sisi Surabaya, ujung Jembatan Suramadu berlokasi di Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran dan pada sisi Madura terletak di desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, kabupaten Bangkalan. Di sisi Surabaya, ujung jembatan terletak pada daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-3 meter di atas permukaan laut dan kemiringan 0-2%, dan kondisi lahan pasang surut.
Di sisi Madura, ujung jembatan berada pada daerah perbukitan dengan dengan ketinggian 2-17 meter di atas permukaan laut yang merupakan perbukitan dengan kemiringan 2-15%. Titik awal centerline jembatan di sisi Surabaya terletak pada koordinat 7° 12′ 28,72″ LS dan 112° 46′ 40,47″ BT dan titik awal di sisi Madura terletak pada koordinat 7° 09′ 31,82″ LS dan 112º 46’52,10″ BT. Azimuth Jembatan sebesar 3° 46′ 23″.

3) Kondisi Penyeberangan yang Padat
Satu-satunya akses dari Surabaya ke Pulau Madura dan sebaliknya adalah menggunakan penyeberangan kapal feri Perak-Kamal. Kondisinya saat ini sudah sangat padat. Jumlah armada kapal feri yang digunakan sebanyak 18 buah, yang rata-rata usianya juga sudah uzur. Feri-feri tersebut dikelola enam perusahaan, melalui tiga dermaga di masing-masing pelabuhan. Dengan jumlah feri dan penyeberang yang tak berimbang, menyebabkan waktu tunggu panjang. Dari survei yang dilakukan didapat volume lalu lintas feri per arah per hari di tahun 2002 adalah 315 buah kendaraan ringan, 1036 buah truk Kecil, 324 buah truk besar, 260 buah Bus dan 8128 buah sepeda motor.
Kapasitas feri yang tersedia tersebut sudah jenuh yang diindikasikan dengan waktu tunggu rata-rata kendaraan yang terjadi di pelabuhan Ujung maupun Kamal adalah 30 menit. Kecuali untuk jenis sepeda motor yang lebih leluasa menembus antrean. Sedangkan waktu yang digunakan untuk menaikkan penumpang dari pelabuhan ke atas feri selama 15 menit. Waktu tempuh yang diperlukan untuk penyeberangan 30 menit, dan waktu untuk menurunkan.penumpang 15 menit. Total waktu dibutuhkan sekitar 60 menit atau satu jam. Waktu ini akan semakin panjang ketika akhir pekan atau musim liburan. Menjelang Lebaran dan Hari Besar Islam malah sering tak terkendali. Budaya “toron” (pulang kampung) bagi masyarakat Madura seakan menu wajib bagi mereka. Akibatnya, peningkatan mobilitas manusia dan barang tak dapat terhindarkan. Di lain segi kapasitas feri tidak bisa ditambah karena dapat mengganggu alur pelayaran yang ada. Keberadaan Jembatan Madura diperkirakan dapat mengurangi waktu tempuh sebesar 60 menit untuk kendaraan yang berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan Bangkalan, 110 menit untuk kendaraan yang tidak berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan Bangkalan.  Pembangunan Jembatan Suramadu tidak hanya sekedar membangun jembatannya saja tetapi yang lebih penting adalah meningkatkan perekonomian Madura yang tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. Pembangunan Jembatan Suramadu tidak hanya sekedar membangun jembatannya saja tetapi yang lebih penting adalah meningkatkan perekonomian Madura yang tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur.

4) Manfaat Jembatan Suramadu
Dalam review studi kelayakan Jembatan Surabaya-Madura tahun 2002, disebutkan ada beberapa pertimbangan mengenai dampak dan manfaat dari keberadaan Jembatan Suramadu. Di antaranya adalah:
Manfaat Langsung (Primary Benefit)
Manfaat langsung dari Jembatan Suramadu adalah meningkatnya kelancaran arus lalu lintas atau angkutan barang dan orang. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas berarti menghemat waktu dan biaya. Manfaat selanjutnya adalah merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian. Manfaat langsung lainnya yang dapat diperhitungkan adalah nilai penerimaan dari tarif tol yang diberlakukan. Transportasi barang dan orang yang semakin meningkat, akan meningkatkan penerimaan dari tarif tol.
Manfaat Tidak Langsung (Secondary Benefit)
Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder adalah multiplier effect dari Jembatan Suramadu. Ini merupakan dinamika yang timbul dan merupakan pengaruh sekunder (secondary effect), antara lain: Meningkatnya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan barang dan jasa. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura.
Meningkatnya kebutuhan untuk kawasan pemukiman dan infrastruktur Meningkatkan PDRB dan kesejahteraan masyarakat. Di Madura, umumnya kegiatan ekonomi masih bertumpu pada sektor pertanian primer (tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan). Artinya pertanian atau sektor tradisional menjadi sektor andalan yang nampak dari perolehan PDRB terbesar dibandingkan sektor lain. Sektor lainnya adalah pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, bangunan, perdagangan, hotel, restoran, angkutan, pos, komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

B. Dampak Jembatan Suramadu

1) Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto yang terjadi pada 4 (empat) kabupaten di wilayah Madura dapat dijelaskan: Dari data-data pada tabel Dampak Jembatan Suramadu terhadap Pertumbuhan PDRB di 4 Kabupaten di Madura, dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Bangkalan nilai pertumbuhan PDRB-nya paling besar di antara kabupaten-kabupaten di Madura. Hal tersebut terjadi karena Bangkalan merupakan daerah yang paling menikmati keberadaan jembatan Suramadu. Apabila dilihat dari pertumbuhan PDRB dapat disimpulkan bahwa makin dekat dititik/ letak jembatan Suramadu akan semakin menunjukkan perubahan yang cepat akibat meningkatnya aktivitas ekonomi.
Peningkatan PDRB Kabupaten Bangkalan yang besar menunjukkan bahwa dampak jembatan Suramadu akan dapat mengembangkan sistem perekonomian yang ada, baik yang sudah berkembang maupun yang potensial untuk dikembangkan.
Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Penduduk
Semakin lancarnya transportasi akan menimbulkan dampak pergerakan orang maupun barang. Sebelum dibangunnya Jembatan Suramadu, secara berturut-turut kabupaten yang terbanyak penduduknya adalah Sumenep, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Ternyata Kabupaten Bangkalan merupakan kabupaten yang menerima kelimpahan penduduk paling tinggi dibanding 3 kabupaten lainnya. Pada tahun 2035 atau setelah 30 tahun dibangunnya Jembatan Suramadu, maka jumlah penduduk di Kabupaten Bangkalan berjumlah 2,79 juta jiwa atau hampir dua kali lipat (98,98%) dibanding pertumbuhannya tanpa jembatan (1,40 juta jiwa). Dalam keadaan tersebut, tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun berkisar antara 2,02% – 3,16%.
Di Kabupaten Pamekasan, Sumenep, dan Sampang, tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun secara berturut-turut masing-masing berkisar antara 0,71%-0,51% atau dengan pertumbuhan yang cenderung menurun, 0,66%-1,45% dan 0,44%-0,50%. Jika jumlah penduduk dibandingkan dengan dan tanpa Jembatan Suramadu maka jumlah penduduk rata-rata per tahun di Bangkalan akan bertambah sebanyak 59,30%, Pamekasan (23,42%), Sumenep (18,65%), dan Sampang (12,62%).

2) Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Income per Kapita
Semakin lancarnya transportasi ternyata akan meningkatkan kegiatan ekonomi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan. Income per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebelum dibangunnya Jembatan Suramadu, secara berturut-turut kabupaten yang tertinggi income per kapitanya adalah Kabupaten Bangkalan, Sumenep, Sampang, dan Pamekasan Jika income per kapita dibandingkan dalam keadaan dengan dan tanpa Jembatan Suramadu, maka income per kapita rata-rata per tahun di Bangkalan adalah akan bertambah sebanyak 93,63%, Pamekasan (48.68%). Sampang (42,57%) dan Sumenep (20,03%). Sesudah dibangunnya Jembatan Suramadu, secara berturut-turut kabupaten yang tertinggi income per kapitanya adalah Kabupaten Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, dan Sampang. Tampaknya respon ekonomi Bangkalan tetap lebih kuat dibanding tiga kabupaten lainnya.

3) Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Kawasan Permukiman
Semakin lancarnya transportasi juga menimbulkan dampak pada pertumbuhan kawasan pemukiman. Sebelum dibangunnya income per kapita. Jembatan Suramadu, secara berturut-turut kabupaten yang terluas kawasan pemukimannya adalah Kabupaten Sumenep, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Setelah dibangunnya Jembatan Suramadu ternyata Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang memiliki kawasan pemukiman terluas dibanding 3 kabupaten lainnya. Akan tetapi kalau melihat perbandingannya terhadap luas areal lahan yang tersedia, Kabupaten Bangkalan yang mengalami pertumbuhan kawasan pemukiman lebih pesat dibandingkan dengan 3 kabupaten lainnya.

4) Jembatan Suramadu dan Petani Tembakau Madura
Mayoritas penduduk di Pulau Madura, berada di sektor pertanian. Lahan pertanian sawah beririgasi teknis tidak sampai 10 persen dari total lahan. Kalaulah ada sawah termasuk kategori sawah tadah hujan. Mencermati daerah di Kabupaten Sampang, misalnya, yang sekitar 80 persen penduduknya petani, sama sekali tidak ada lahan irigasi teknis. Pertanian di Madura adalah lahan kering atau tegalan dengan dominasi tanaman tembakau dan jagung yang dibudidayakan secara subsistem yaitu produksi dan konsumsi tidak dipisahkan oleh pasar. Ada sebuah pengakuan yang tulus dari seorang warga, Sampai sekarang makanan pokok mayoritas masyarakat Madura itu, ya, jagung. Kalau ada yang bilang tidak lagi makan jagung itu hanya pernyataan gengsi orang Madura modern di kota-kota saja.


Begitulah gambaran secara umum yang bisa jadi bahan pemikiran untuk ke depan. Ada harapan akan kemajuan-kemajuan pembangunan pertanian di masa depan. Di Jawa Timur secara umum, titik berat pembangunan kita diarahkan pada kemajuan pertanian agar menjadi tangguh.
Kini saatnya kita mempersiapkan masyarakat Madura menghadapi investor dan segala dampak baik dan buruk pasca-pembangunan Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) selesai dalam pengerjaannya. Pada tahun 2009 adalah pintu masuk dimulainya industrialisasi. Pulau Madura secara ekonomis menjadi bagian dari Pulau Jawa. Investasi di Madura sama (lebih) ekonomis dengan investasi di Surabaya. Harga tanah di Madura akan sama dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan kantor akan lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan, Sidoarjo maupun Mojokerto.
Meski sangat tertinggal, masyarakat Madura sesungguhnya memiliki potensi luar biasa dalam masa mendatang. Dengan adanya Suramadu, Madura akan dengan mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia. Dengan demikian, semestinya kata kunci dari mengatasi ketertinggalan adalah kepedulian. Generasi muda di Madura saatnya dilatih dan diberikan pendidikan dan pengetahuan yang terfokus pada sektor pelayanan. Sebab, sektor inilah yang nantinya dibutuhkan lebih awal. Siapkan kekuatan mulai dari sekarang.
Dengan dibangunnya Jembatan Suramadu banyak pihak yang bisa mengambil manfaat dalam penggunaannya. Dalam hal ini yang paling mencolok adalah sebagai sarana transportasi yang menghubungkan antara pulau Jawa dan Madura sehingga memudahkan jalur akses keluar masuk diantara keduanya.
manfaat dibangunnya Jembatan Suramadu selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura. Ada kemungkinan lain yang nantinya dapat digali untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat madura dalam menyongsong era Globalisasi dan mengangkat Sosial Budaya serta Kultur Masyarakat Madura sehingga lebih dikenal di Dunia Internasional.
Berdasarkan opini diatas ada 2 Potensi yang bisa dijadikan bahan pemikiran dikemudian hari karena selama ini belum ada realisasi di Pulau Madura tercinta ini. Kedua Potensi itu antara lain :
1. Sektor Pariwisata
2. Industrialisasi

Dari kedua Potensi ini ada kemungkinan besar apabila dikelola secara Profesional atau Terealisasi dengan baik maka Pulau Madura akan lebih dikenal sejajar dengan daerah-daerah lain di Pulau Jawa atau bahkan terkenal di dunia internasional. Pulau Madura bukan hanya sekedar daerah agraris yang pendapatan masyarakatnya dari Pertanian, Nalayan dan berdagang. Penjabaran atau Penjajakannya untuk kedua sektor itu sebagai berikut :
  1. SEKTOR PARIWISATA

Banyak obyek Wisata di Pulau Madura tetapi jarang sekali promosi tidak seperti daerah lain, saya ambil contoh disini adalah Pulau Bali. Di Pulau Bali banyak pihak yang terlibat dalam mempromosikan Bali sebagai obyek Wisata sehingga selain dikenal di manca negara juga dapat meningkatkan perekonomian penduduknya serta meningkatkan pendapatan per kapita daerahnya karena persentase terbesar APBD daerah itu dari sektor Pariwisata.
Selama ini potensi sektor wisata di Pulau Madura hanya mengandalkan Pemerintah dalam hal promosi dan perawatan obyek-obyek wisata. Saya katakan begitu karena selama ini hanya promosi obyek wisata melalui situs-situs internet Pemerintah Daerah yang dikelola oleh Dinas KOMINFO dalam promosinya dan perawatannya diambil dari APBD daerah setempat.
Tidak seperti di Pulau Bali selain pemerintah banyak pihak yang terlibat dalam promosi dan turut menjaga kelestarian obyek-obyek wisata tersebut antara lain :
- Tourism Tour / Promotions Tour
Banyak jasa atau biro perjalanan wisata swasta di Bali yang selain menyediakan layanan bagi turis lokal maupun internasinal untuk liburan mereka juga menyediakan sarana transportasi serta Guide ke obyek-obyek wisata. Selain itu mereka juga menyediakan paket-paket ekslusif untuk berlibur di Pulau Bali sehingga banyak orang diluar Pulau Bali yang tertarik untuk berlibur.
Pengusaha Hotel serta sarana menginap lainnya.
Banyak penginapan di Pulau Bali yang sudah menerapkan layanan yang bertarap internasinal seperti halnya hotel bintang lima. Selain itu keramahan serta pelayanan yang memuaskan sehingga membuat pengunjung betah untuk berlibur.
Pengusaha makanan atau jasa kuliner lainnya.
Di Pulau Bali banyak sarana kemudahan dalam hal ini karena banyak pilihan restoran/depot yang menyediakan makanan bukan cuma masakan khas Bali tetapi masakan dari Pulau Jawa dan dari luar Pulau Bali yang dijual disana.
Pengusaha Kerajinan.
Banyak kerajinan di Pulau Bali yang dapat dijual sebagai souvenir atau bahan oleh-oleh pengunjung kepada teman, kerabat atau keluarga yang tidak turut serta berlibur.
Pekerja Seni.
Banyak kesenian tradisional di Pulau Bali yang dijadikan sarana untuk menarik pengunjung berlibur ke Pulau Bali. Selain menampilkan keindahan dari kesenian yang ditampilkan juga diselingi dengan unsur mistis atau mitos Pulau Bali sehingga membuat orang penasaran dan tertarik untuk berlibur.
Partisipasi Masyarakat.
Masyarakat di Pulau Bali selain memberikan keramahan, serta membuat pengunjung betah belibur mereka juga turut memelihara kebersihan dan menjaga kelestarian obyek-obyek wisata sehingga dapat terjaga kelestariannya.

  1. INDUSTRIALISASI

Banyak Industrialisasi yang dibangun di Indonesia tetapi apabila tidak dikelola secara profesional maka dampaknya akan berpengaruh bagi lingkungan disekitarnya. Banyak kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah industri yang tidak dikelola dengan baik dan benar sesuai ketentuan yang ada. Tetapi banyak pula Industrialiasi yang justru ramah lingkungan sehingga memberikan manfaat yang besar bagi ekosistim lingkungan sekitarnya.
Dalam hal ini Pulau Madura mempunyai potensi pasca dibangunnya Jembatan Suramadu sebagai kawasan Indutsri di Pulau Madura sebagai soko guru perekonomian Jawa Timur dimasa depan. Karena apabila jalur akses masuk ke Pulau Madura lancar dengan adanya Jembatan Suramadu maka kawasan “GERBANG KERTOSUSILO” akan banyak dilirik investor untuk berinvestasi. Kawasan ini “GERBANG KERTOSUSILO” (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan) merupakan kawasan yang strategis untuk jalur industri karena di Surabaya sendiri sudah padat penduduknya.
Potensi Industri yang cocok untuk kultur masyarakat Madura yang agraris adalah Industri yang mengacu pada kelestarian ekosistem serta lingkungan sekitarnya serta dapat memberikan kesempatan kerja pada penduduk di sekitarnya.
Saya ambil contoh satu Potensi Industri : Industrialisasi di Mojokerto yang dikembangkan oleh NESTLE salah satu PMA (Penanam Modal Asing) dari Swedia yang bergerak di bidang Industri Rumah Tangga produknya adalah susu yang dikemas dalam kaleng. Mereka juga menerapkan pola Industrialisasi Ramah Lingkungan sehingga selain tidak merusak lingkungan mereka juga dapat memberikan taraf hidup bagi penduduk sekitarnya.
Asumsinya begini : Perusahaan dalam menjalankan aktifitas produksi membutuhkan bahan baku untuk proses produksi dan penduduk sekitar yang pembebasan lahannya untuk kawasan industri butuh makan serta kebutuhan lain untuk hidup. Maka dengan adanya saling ketergantungan tersebut perusahaan harus lebih pintar untuk menyiasati keadaan tersebut. Penduduk sekitar yang sudah tidak punya lahan pertanian untuk bercocok tanam direkrut secara tidak langsung untuk menjadi bagian dalam perusahaan. Mereka tidak direkrut melalui proses administrasi yang rumit tetapi mereka cuma diberi bantuan berupa bibit sapi perah yang mereka kelola sendiri dan hasil susunya kemudian mereka jual kepada perusahaan.
Sedangkan dampak lain dari Industrialisasi ini berupa limbah Industri mereka juga kelola dengan baik. Hasil pengolahan limbah ini mereka produksi lagi menjadi pupuk amoniak sehingga juga bermanfaat bagi kelestarian lingkungan.
Dari contoh diatas karena selama ini madura belum tersentuh Industrialisasi maka banyak faktor yang menjadi kendala pelaksanaannya antara lain :
Investor
Sulitnya mencari investor atau penyandang dana yang sesuai untuk mendirikan Industri sesuai dengan Sosial Budaya serta Kultur Masyarakat Madura.
Pembebasan Lahan.
Banyak penduduk / masyarakat madura yang enggan menjual tanahnya kerena mereka jadikan lahan untuk bercocok tanam atau dijadikan tambak untuk menyokong kebutuhan hidupnya.
Partisipasi Masyarakat.
Kurangnya pengetahuan penduduk / masyarakat madura untuk menerima industrialisasi serta mengingat dampaknya terhadap lingkungan yang membuat mereka cemas untuk melakukan perubahan dari Kultur Budaya Agraris ke era Industrialisasi.

KESIMPULAN

Tahun 2009 adalah pintu masuk dimulainya industrialisasi antara madura dengan surabaya, dengan adanya Jembatan Suramadu yang suda di resmikan. Pulau Madura secara ekonomis menjadi bagian dari Pulau Jawa. Investasi di Madura sama (lebih) ekonomis dengan investasi di Surabaya. Harga tanah di Madura akan sama dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan kantor akan lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan, Sidoarjo maupun Mojokerto. Dengan demikian, Pulau Madura akan menjadi sasaran investasi pengusaha besar dan investor asing. Dengan tenaga kerja yang masih relatif murah, lahan yang masih luas, sumberdaya alam yang menantang, infrastruktur yang sangat mendukung (pelabuhan peti kemas akan disiapkan di daerah Tanjung Bumi, Bangkalan), maka dalam waktu singkat tidak bisa dicegah adanya hotel bintang lima, cafe, diskotik, spa, atau tempat hiburan lain yang akan dibangun di Madura.
Kesempatan ekonomi lain yang terisolasi telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan dan ketertinggalan. Dengan demikian, masyarakat Madura meski masih sangat tertinggal, tapi memiliki potensi luar biasa dalam masa mendatang. Dengan adanya Suramadu, Madura akan dengan mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia. Dengan demikian, semestinya kata kunci dari mengatasi ketertinggalan adalah kepedulian. Yang paling berperan dalam hal ini untuk tahap awal adalah pemerintah daerah, tokoh, dan politisi. Pemerintah harus segera bergerak untuk membuat sistem pelatihan yang berbasis pelayanan, balai latihan kerja segera kembali dioptimalkan. Siapkan segera putra putri Madura untuk dilatih dan diberikan pendidikan dan pengetahuan yang terfokus pada sektor pelayanan. Sebab, sektor inilah yang nantinya dibutuhkan lebih awal. Seluruh kabupaten harus bersatu padu. Pemberdayaan masyarakat dan fasilitas kepada rakyat jangan bicara untung-rugi. Rakyat adalah pemegang saham
Kelemahan yang masih belum ditangani adalah pendidikan kewirausahaan (entreprenuer), karena masyoritas rakyat Madura masih lemah dalam berbisnis. Petani tidak ditempatkan sebagai pengusaha, tapi ditempatkan sebagai buruh yang berbuat sesuatu untuk pengusaha. Pemikiran seperti ini harus segera diubah. Jadikan, petani itu sebagai pengusaha pertanian, sehingga dapat duduk sejajar dengan para tengkulak dan calon pembeli.Caranya? Lakukan bisnis dengan petani.Caranya, menyediakan kebutuhan pertanian dan membeli hasilnya dengan cara wajar. Itu saja sudah cukup. Sedangkan di tingkat pedagang, pengusaha kecil dan pengrajin harus disediakan informasi perdagangan dan kerangka penjaminan dengan pihak perbankan. Sehingga para pengusaha Madura dengan mudah dapat berhubungan dengan perbankan dalam hal akses permodalan maupun fasilitas transaksi perdagangan antarpulau serta informasi lintas kabupaten sebagai akses mendapatkan proyek dan bahan-baku untuk dibisniskan. Masyarakat Madura harus siap dengan di bukanya jembatan suramadu entah itu baik atupun buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar